Cinta dari Masa Depan

Ditenggelamkan Tanpa Mengetahuinya 



Ditenggelamkan Tanpa Mengetahuinya 

0Mu Siyin tertunduk lemas, "Dulu aku juga berpikir seperti itu. Tapi ketika masalah itu dihadapkan langsung di depanku, ada banyak faktor yang membuatku bimbang."      

"Faktor apa?" Tanya Ji Yang.     

Mu Siyin mengerutkan kening dengan wajah yang rumit. Dia tidak begitu mengerti dengan faktor-faktor itu, dan dia lebih tidak mengerti lagi bagaimana caranya untuk menjelaskan pada Ji Yang.      

Tapi dia tidak ingin membohongi Ji Yang lagi, "Keluarganya sudah mencarikan orang yang cocok untuknya."      

"Apa?!" Ji Yang menggebrak meja.      

Mu Siyin menghela nafas lagi, "Kamu juga jangan terlalu bersemangat, bukankah ini masuk akal?"      

Ji Yang mengernyit, "Dan Shi Beiyu? Bagaimana sikapnya? Jika sikapnya tidak tegas, kamu harus meninggalkannya sesegera mungkin!"      

Mu Siyin berkata dengan ragu, "Dia… menginginkanku untuk percaya padanya. Aku percaya padanya, tapi… masih ada ketidakpercayaan di lubuk hatiku."      

Ji Yang mendengus, "Yinyin, dalam masalah ini jika dia memintamu untuk percaya, kamu tidak bisa langsung mempercayainya! Kamu harus melihat dan merasakannya sendiri!      

Kamu tidak bisa hanya mendengarkan satu sisi saja, lagi pula sudah lama saling mengenal, 'kan?"      

Ji Yang hanya ingin agar Mu Siyin lebih berhati-hati, sebenarnya dia juga takut jika sahabatnya itu dikhianati lagi.     

"Aku percaya… dia tidak akan mengkhianatiku." Jawab Mu Siyin pelan.     

Dia tahu bahwa banyak wanita di belakangnya yang sangat ingin berada di sisi Shi Beiyu, bahkan mereka rela membayar dengan hidup mereka. Jadi, baginya tidak ada alasan untuk tidak mempercayai pria itu. Jika suatu saat, Shi Beiyu benar-benar mengkhianatinya, dia akan menganggap itu sebagai kebohongan putih.      

Ji Yang terkejut mendengar kata-kata Mu Siyin yang mempercayai Shi Beiyu tanpa ragu. Dia diam untuk beberapa saat, kemudian baru menanggapi, "Yinyin, aku pikir saat Shi Beiyu sudah meracunimu begitu dalam!"     

Mu Siyin tersenyum lemah, dia hanya menatap sahabatnya dan berkata lemas, "Pendapatmu tentangku itu sangat tepat."      

Ji Yang sedikit cemas mendengar jawaban itu, "Kalau begitu kamu harus tetap rasional dan sadar!"      

"Jangan khawatir, Yangyang. Aku mengerti."      

"Apa? Yang aku lihat adalah kamu sudah ditenggelamkan tanpa mengetahui apa-apa."      

Kalimat ini, membuat Mu Siyin berhenti. "Ditenggelamkan tanpa mengetahui apa-apa? Apa mungkin…"     

Kemudian dia mencoba untuk mengubah topik pembicaraan, "Yangyang, kapan kamu bisa membantuku untuk mencari tahu apa yang terjadi di balik kecelakaan mobil kakakku?"      

Ji Yang berkedip dan tersenyum canggung, "Itu… masih membutuhkan sedikit waktu."      

"Baiklah."      

"Kenapa kamu sangat terburu-buru?"      

Mu Siyin mengernyit, "Aku merasa tidak nyaman sejak aku bermimpi tentang kakakku, aku hanya ingin tahu kebenarannya."      

"Baiklah, aku akan mencoba sebisaku."      

"Hm."      

Mu Siyin sudah berjanji akan akan makan malam dan tidur dengan Ji Yang, jadi dia tidak bisa membatalkan janjinya.      

***     

Keesokan harinya, mereka berdua dibangunkan oleh bunyi alarm.      

Ji Yang adalah tipe orang yang selalu bersemangat di pagi hari, dia sudah menyiapkan sarapan di meja ketika Mu Siyin selesai bersiap dan keluar dari kamar.      

Mu Siyin melihat susu di atas meja dan menatap Ji Yang lalu berkata dengan senyum, "Apa kamu tahu? Kemarin pagi Mu Xingyu menyiramkan susu padaku, tapi malah terkena ayahku."      

Ji Yang langsung menyemburkan susu yang ada di mulutnya ketika mendengar itu. Beruntung Mu Siyin tidak duduk tepat di depannya, kalau tidak susu itu pasti sudah membasahi wajahnya!     

"Astaga, apa kamu perlu bersemangat seperti itu?" Mu Siyin berkata sambil mengambil tisu dan memberikannya dengan wajah yang jijik.      

Ji Yang terbatuk dua kali, lalu terdiam menatapnya, "Aku bisa katakan bahwa kamu adalah orang yang hebat. Kenapa kamu mengatakan hal yang menyenangkan saat kita sedang makan?"      

Mata Mu Siyin segera berbinar begitu mendengar ini, "Kamu juga senang? Aku ingin tertawa tapi tidak bisa, kamu tidak tahu sekeras apa aku menahannya!"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.